Senin, 10 Oktober 2016

GAMBARAN MASYARAKAT ARAB JAHILIYAH SEBELUM RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM DI UTUS

Kondisi Sosial

Dikalangan bangsa arab terdapat beberapa kelas masyarakat, yang kondisinya berbeda satu sama lain. Hubungan seseorang dengan keluarganya di kalangan bangsawan sangatlah diunggulkan dan diprioritaskan, dihormati, dan dijaga, sekalipun dengan pedang yang terhunus yang akan mengakibatkan pertumbahan darah. Jika seseorang ingin dilihat terpandang dan dipuji di kalangan masyarakat arab karena kemuliaan dan keberaniannya maka dia harus banyak dibicarakan kaum wanita. Peran wanita sangatlah berperan dalam masyarakat arab jahiliyah. Jika perempuan menghendaki, maka dia bisa mengumpulkan beberapa kabilah untuk suatu perdamaian dan jika dia mau, bisa juga menyalakan peperangan dan pertempuran di antara kabilah.

BACA JUGA : SEORANG WANITA ANSHAR DAN ZAINAB, YA RASULULLAH!

Dalam berhubungan antara laki – laki dan perempuan, tidaklah bisa digambarkan secara detail kecuali dengan ungkapan – ungkapan yang keji, buruk, dan menjijikan. Dalam suatu hadist yang diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha, bahwa pernikahan pada masa jahiliyah ada 4 macam :

1.  Pernikahan secara spontan. Seorang laki – laki mengajukan lamaran kepada laki – laki yang menjadi wali wanita itu, lalu ia bisa menikahinya setelah menyerahkan mas kawin seketika itu pula.

2. Seorang laki – laki berkata kepada istrinya yang baru suci dari haid, “temuilah fulan dan berkumpulah bersamanya!” suaminya tidak mengumpulinya dan tidak menyentuhnya, hingga ada kejelasan istrinya hamil dari orang yang mengumpulinya itu. Bila wanita itu hamil, maka suaminya bisa mengambilnya kembali istrinya jika dia menghendaki.

3.  Pernikahan poliandri. Pernikahan beberapa orang laki – laki yang jumlahnya tidak mencapai sepuluh orang, yang semuanya mengumpuli seorang wanita. Jika wanita itu hamil, maka wanita itu boleh memilih diantara laki – laki yang mengumpulinya itu dan mereka tidak boleh menolaknya dan laki – laki yang dipilihnya itu mengambil bayinya.

4. Sekian banyak laki – laki bisa mendatangi wanita yang dikehendakinya yang juga disebut wanita pelacur. Biasanya mereka memasang bendera khusus di depan pintunya. Sebagai tanda laki – laki yang ingin mengumpulinya. Jika wanita itu hamil dan melahirkan anak, maka wanita itu mengundang laki – laki yang telah mengumpulinya itu dan setelah semuanya berkumpul, maka diselenggarakan undian. Siapa yang namanya keluar, maka dia yang berhak mengambil anak itu dan mengaku sebagai anaknya. Dan dia tidak bisa menolaknya.1
Setelah Allah mengutus Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam, semua bentuk pernikahan ini dihapus dan diganti dengan pernikahan ala Islam.
Secara garis besarnya, kondisi social mereka bisa dikatakan lemah dan buta, kebodohan mewarnai segala aspek kehidupan, khurafat tidak bisa dilepaskan, manusia hidup layaknya benda mati. Hubungan ditengah umat sangatlah rapuh dan gudang – gudang pemegang kekuasaan dipenuhi kekayaan yang berasal dari rakyatnya, atau sesekali rakyat diperlukan untuk menghadag serangan musuh.

Kondisi Ekonomi

Perdagangan merupakan sarana yang paling dominan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tentang perindustrian atau kerajinan, merekalah adalah bangsa yang paling mengenalnya. Kerajinannya berupa jahit – menjahit, menyamak kulit dan lain – lain. Sedangkan wanita – wanita cukup menangani pementalan.

Akhlak

1. Kedermawan
Mereka saling berlomba – lomba dan membanggakan diri dalam masalah kedermawanan dan kemurahan hati. Bahkan syair – syair mereka bisa dipenuhi dengan pujian dan sajungan terhadap kedermawanan ini. Adakalanya seseorang didatangi tamu yang kelaparan pada saat dingin mengigit tulang, sementara saat itu dia tidak memiliki kekayaan apapun selain seekor onta yang menjadi penopang dirinya. Lalu dia bangkit menghampiri onta satu – satunya dan menyembelihnya, agar dia bisa menjamu tamunya.
Di antara cara menunjukkan kedermawaan yaitu mereka biasa merasa bangga karena minum khamar dan bermain judi.

2. Memenuhi Janji
Diantara merek janji itu adalah hutangyang harus dibayar. Bahkan mereka suka membunuh anaknya sendiri dana membakar rumahnya daripada meremehkan janji.

3. Kemuliaan jiwa
Mereka bersikap berlebih – lebihan dalam masalah keberanian, sangat pencemburu, dan cepat naik darah. Mereka tidak mau mendengarkan kata – kata yang menggambarakan kehinaan dan kemerosotan, melainkan mereka bangkit menghunus pedang, lalu pecah peperangan yang berkepanjangan.

4. Pantang mundur
Jika mereka sudah menginginkan sesuatu yang disitu ada keluhuran dan kemuliaan, maka tidak ada sesuatu yang bisa menghadang atau mengalihkannya.

5. Kelemahlembutan Dan Suka Menolong Orang Lain
Mereka biasa membuat sanjungan tentang sifat ini, hanya saja sifat ini kurang tanpak karena mereka berlebih – lebihan dalam masalah keberanian dan mudah terserat kedalam peperangan.

6. Kesederhanaan Pola Kehidupan Badui
Mereka tidak mau dilumuri warna – warni peradaban dan gemerlapnya.


1HR Abu Daud

Sumber :
Sirah Nabawiyah ( Syaikh Shafiyyurahman al-Mubarakfuri ) 


0 komentar:

Posting Komentar