Kondisi Sosial
Dikalangan
bangsa arab terdapat beberapa kelas masyarakat, yang kondisinya berbeda satu
sama lain. Hubungan seseorang dengan keluarganya di kalangan bangsawan
sangatlah diunggulkan dan diprioritaskan, dihormati, dan dijaga, sekalipun
dengan pedang yang terhunus yang akan mengakibatkan pertumbahan darah. Jika seseorang
ingin dilihat terpandang dan dipuji di kalangan masyarakat arab karena
kemuliaan dan keberaniannya maka dia harus banyak dibicarakan kaum wanita.
Peran wanita sangatlah berperan dalam masyarakat arab jahiliyah. Jika perempuan
menghendaki, maka dia bisa mengumpulkan beberapa kabilah untuk suatu perdamaian
dan jika dia mau, bisa juga menyalakan peperangan dan pertempuran di antara
kabilah.
BACA JUGA : SEORANG WANITA ANSHAR DAN ZAINAB, YA RASULULLAH!
Dalam berhubungan antara laki – laki dan perempuan, tidaklah bisa digambarkan secara detail kecuali dengan ungkapan – ungkapan yang keji, buruk, dan menjijikan. Dalam suatu hadist yang diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha, bahwa pernikahan pada masa jahiliyah ada 4 macam :
1. Pernikahan secara spontan. Seorang
laki – laki mengajukan lamaran kepada laki – laki yang menjadi wali wanita itu,
lalu ia bisa menikahinya setelah menyerahkan mas kawin seketika itu pula.
2. Seorang laki – laki berkata kepada
istrinya yang baru suci dari haid, “temuilah
fulan dan berkumpulah bersamanya!” suaminya tidak mengumpulinya dan tidak
menyentuhnya, hingga ada kejelasan istrinya hamil dari orang yang mengumpulinya
itu. Bila wanita itu hamil, maka suaminya bisa mengambilnya kembali istrinya
jika dia menghendaki.
3. Pernikahan poliandri. Pernikahan
beberapa orang laki – laki yang jumlahnya tidak mencapai sepuluh orang, yang
semuanya mengumpuli seorang wanita. Jika wanita itu hamil, maka wanita itu
boleh memilih diantara laki – laki yang mengumpulinya itu dan mereka tidak
boleh menolaknya dan laki – laki yang dipilihnya itu mengambil bayinya.
4. Sekian
banyak laki – laki bisa mendatangi wanita yang dikehendakinya yang juga disebut
wanita pelacur. Biasanya mereka memasang bendera khusus di depan pintunya.
Sebagai tanda laki – laki yang ingin mengumpulinya. Jika wanita itu hamil dan
melahirkan anak, maka wanita itu mengundang laki – laki yang telah
mengumpulinya itu dan setelah semuanya berkumpul, maka diselenggarakan undian.
Siapa yang namanya keluar, maka dia yang berhak mengambil anak itu dan mengaku
sebagai anaknya. Dan dia tidak bisa menolaknya.1
Setelah
Allah mengutus Muhammad shallallahu
’alaihi wa sallam, semua bentuk pernikahan ini dihapus dan diganti dengan
pernikahan ala Islam.
Secara
garis besarnya, kondisi social mereka bisa dikatakan lemah dan buta, kebodohan
mewarnai segala aspek kehidupan, khurafat tidak bisa dilepaskan, manusia hidup
layaknya benda mati. Hubungan ditengah umat sangatlah rapuh dan gudang – gudang
pemegang kekuasaan dipenuhi kekayaan yang berasal dari rakyatnya, atau sesekali
rakyat diperlukan untuk menghadag serangan musuh.
Kondisi Ekonomi
Perdagangan
merupakan sarana yang paling dominan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tentang
perindustrian atau kerajinan, merekalah adalah bangsa yang paling mengenalnya.
Kerajinannya berupa jahit – menjahit, menyamak kulit dan lain – lain. Sedangkan
wanita – wanita cukup menangani pementalan.
Akhlak
1. Kedermawan
Mereka saling berlomba – lomba dan
membanggakan diri dalam masalah kedermawanan dan kemurahan hati. Bahkan syair –
syair mereka bisa dipenuhi dengan pujian dan sajungan terhadap kedermawanan
ini. Adakalanya seseorang didatangi tamu yang kelaparan pada saat dingin
mengigit tulang, sementara saat itu dia tidak memiliki kekayaan apapun selain
seekor onta yang menjadi penopang dirinya. Lalu dia bangkit menghampiri onta
satu – satunya dan menyembelihnya, agar dia bisa menjamu tamunya.
Di antara cara menunjukkan
kedermawaan yaitu mereka biasa merasa bangga karena minum khamar dan bermain
judi.
2. Memenuhi Janji
Diantara merek janji itu adalah
hutangyang harus dibayar. Bahkan mereka suka membunuh anaknya sendiri dana
membakar rumahnya daripada meremehkan janji.
3. Kemuliaan jiwa
Mereka bersikap berlebih – lebihan
dalam masalah keberanian, sangat pencemburu, dan cepat naik darah. Mereka tidak
mau mendengarkan kata – kata yang menggambarakan kehinaan dan kemerosotan,
melainkan mereka bangkit menghunus pedang, lalu pecah peperangan yang berkepanjangan.
4. Pantang mundur
Jika mereka sudah menginginkan
sesuatu yang disitu ada keluhuran dan kemuliaan, maka tidak ada sesuatu yang
bisa menghadang atau mengalihkannya.
5. Kelemahlembutan Dan Suka Menolong
Orang Lain
Mereka biasa membuat sanjungan
tentang sifat ini, hanya saja sifat ini kurang tanpak karena mereka berlebih –
lebihan dalam masalah keberanian dan mudah terserat kedalam peperangan.
6. Kesederhanaan Pola Kehidupan Badui
Mereka tidak mau dilumuri warna –
warni peradaban dan gemerlapnya.
1HR Abu Daud
Sumber
:
Sirah Nabawiyah (
Syaikh Shafiyyurahman al-Mubarakfuri )
0 komentar:
Posting Komentar