Perkara ketujuh:
macam-macam syirik
1.
Syirik akbar, yaitu dosa besar yang Alloh tidak akan
mengampuninya dan tidak akan menerima amal sholih bersamanya. Alloh ta’ala
berfirman:
إِنَّ اللهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ
مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ.
“Sesungguhnya Alloh
tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia
mengampuni apa yang selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki.” [an-Nisa’:
48]
Alloh
subhanahu berfirman:
إِنَّهُ ُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللهُ
عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ، وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ.
“Sesungguhnya barang
siapa mempersekutukan Alloh, maka sungguh Alloh mengharamkan baginya surga dan
tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang
yang zholim.” [al-Maidah: 72]
Dan
Alloh jalla jalaluhu berfirman:
لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ
وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ.
“Sungguh, jika kamu
mempersekutukan (Alloh), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah engkau
termasuk orang-orang yang rugi.” [az-Zumar: 65]
Syirik
akbar ada empat macam, yaitu: (a) syirik doa; (b) syirik niat, keinginan dan
tujuan; (c) syirik ketaatan; (d) syirik cinta.
2.
Syirik ashghor, yaitu segala sesuatu yang
menjadi jalan menuju syirik akbar dan perantara untuk jatuh ke dalamnya,
seperti riya’, bersumpah dengan selain Alloh, mengucapkan “ma sya’allohu wa
syi’ta(sesuai yang Alloh kehendaki dan yang kamu kehendaki)”, mengucapkan
“aku bersandar kepada Alloh dan kepadamu”, dan hal-hal lainnya yang sedikit
sekali orang yang selamat darinya. Kafarat (penghapus)-nya adalah mengucapkan:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ شَيْئًا أَعْلَمُهُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ مِمَّا لَا أَعْلَمُ.
“Ya Alloh!Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu agar
tidak mempersekutukan dengan-Mu sesuatu yang aku ketahui. Dan aku memohon
ampunan kepada-Mu dari apa yang tidak aku ketahui.”
[Diriwayatkan oleh Ahmad dan lainnya, dan dishohihkan oleh al-Haytsamiy dan
Ibnu Hibban]
Perkara kedelapan: macam-macam
kufur
1. Kufur
akbar yang mengeluarkan dari agama,dan ini ada lima macam, yaitu: (a) kufur
pendustaan; (b) kufur penolakan dan kesombongan diri; (c) kufur keraguan; (d)
kufur keberpalingan; (e) kufur nifaq.
2. Kufur
ashghor yang tidak mengeluarkan dari agama, dan ini adalah kufur ni’mat.
Dalilnya firman Alloh ta’ala:
وَضَرَبَ اللهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آَمِنَةً مُطْمَئِنَّةً
يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ، فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللهِ،
فَأَذَاقَهَا اللهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ.
“Dan Alloh telah membuat suatu perumpamaan sebuah
negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah
ruah dari segenap tempat, lalu (penduduk)nya mengingkari ni’mat-ni’mat Alloh, maka
Alloh menimpakan kepada mereka bencana kelaparan dan ketakutan disebabkan apa
yang mereka perbuat.” [an-Nahl: 112]
baca juga : Sepuluh Perkara dalam Aqidah Yang Tidak Boleh Tidak Diketahui Oleh Seorang Muslim dan Wajib Dipelajari 1
Perkara kesembilan:
macam-macam nifaq
1.
Nifaq akbar (i’tiqodiy), yaitu menyembunyikan kufr
dalam hati dan memperlihatkan iman pada lisan dan anggota tubuh. Jenis-jenisnya
ada enam, yang pelakunya termasuk penghuni tingkatan paling bawah dari neraka,
yaitu: (a) mendustakan Rosul; (b) mendustakan sebagian dari apa yang dibawa
oleh Rosul; (c) membenci Rosul; (d) membenci sebagian dari apa yang dibawa oleh
Rosul; (e) bergembira atas kejatuhan agama Rosul; (f) membenci kemenangan agama
Rosul ‘alayhis sholatu wassalam.
2.
Nifaq ashghor (‘amaliy). Ini terjadi
dengan mengerjakan sesuatu dari perbuatan-perbuatan orang-orang munafiq dan
bersifat dengan satu sifat dari sifat-sifat mereka, disertai dengan tetap
adanya pokok iman. Ia adalah lima macam yang disebutkan oleh Rosululloh shollaAllohu
‘alayhi wa sallam dalam sabda-Nya:
آيَةُ المُنَافِقِ ثَلَاثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ
وَإِذَا ائْتُمِنَ خَانَ.
“Tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara berbohong,
jika berjanji mengingkari dan jika dipercaya berkhianat.”
Dan dalam riwayat
lain:
إِذَا خَاصَمَ فَجَرَ وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ.
“Jika bertengkar menyimpang dari kebenaran dan jika membuat
perjanjian mengkhianati.” [Muttafaq ‘alaih]
Perkara kesepuluh: ma’na
thoghut dan jenis-jenisnya yang paling utama
Yang pertama kali
diwajibkan oleh Alloh kepada anak Adam adalah kufur kepada thoghut dan beriman
kepada Alloh. Dalilnya firman Alloh ta’ala:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللهَ
وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ.
“Dan sungguh, Kami telah mengutus dalam setiap umat
seorang rosul (untuk menyerukan): Sembahlah Alloh dan jauhilah thoghut.” [an-Nahl:
36]
Bentuk kufur kepada
thoghut adalah meyakini kebatilan beribadah kepada selain Alloh,
meninggalkannya, membencinya, serta mengkafirkan pelakunya dan memusuhi mereka.
Adapun bentuk iman kepada Alloh adalah meyakini bahwa Alloh adalah satu-satunya
ilah yang disembah tanpa selain-Nya, memurnikan semua jenis ‘ibadah untuk Alloh
dan menafikannya dari semua sesembahan selain Alloh, serta mencintai di jalan
Alloh dan membenci di jalan Alloh.
Thoghut adalah segala
sesuatu yang menyebabkan hamba melampaui batas, berupa suatu yang disembah,
yang diikuti, atau yang ditaati.
Contoh yang disembah adalah
setan-setan jin yang menyuruh para penyihir manusia untuk menyembah mereka,
lalu mereka pun menyembah para jin tersebut. Contoh yang ditaati adalah para pemimpin yang memerintahkan rakyat mereka untuk
menyalahi syariat dan berhukum kepada undang-undang buatan manusia, serta
memerangi penegakan hukum syariat dan orang yang menyeru kepada penerapannya,
lalu rakyat mengikuti mereka. Adapun yang ditaati contohnya para ulama, para
rahib, dan para syekh jahat yang menghalalkan apa yang diharamkan oleh Alloh
dan mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Alloh, lalu mereka ditaati dalam hal
itu.
Sementara muslim
muwahhid mengingkari setiap yang disembah, diikuti dan ditaati selain Alloh,
berlepas diri dari mereka dan dari para pengikut mereka, serta memusuhi dan
membenci mereka. Inilah millah Ibrohim‘alayhissalam yang barang siapa
membencinya maka dia telah membodohi dirinya sendiri. Dan ia adalah teladan
baik yang Alloh ta’ala menganjurkan kita untuk mengikutinya dalam firman-Nya:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ
مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآَءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ
مِنْ دُونِ اللهِ، كَفَرْنَا بِكُمْ، وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ
وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللهِ وَحْدَهُ.
“Sungguh,
telah ada suri teladan yang baik bagi kalian pada Ibrohim dan orang-orang yang
bersamanya, ketika mereka berkata kepada kaum mereka: ‘Sesungguhnya kami
berlepas diri dari kalian dan dari apa yang kalian sembah selain Alloh.Kami kufur
kepada kalian.Dan telah nyata permusuhan dan kebencian antara kami dan kalian
selamanya, sampai kalian beriman kepada Alloh saja.’” [al-Mumtahanah:
4]
Dan di antara millah Ibrohim
adalah memerangi para thoghut, para wali (penolong) mereka, dan para pengikut
mereka demi meninggikan kalimat Alloh. Alloh ta’ala berfirman,
الَّذِينَ آَمَنُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللهِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا
يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ، فَقَاتِلُوا أَوْلِيَاءَ الشَّيْطَانِ،
إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا.
“Orang-orang yang beriman berperang di jalan Alloh,
dan orang-orang kafir berperang di jalan thoghut. Maka perangilah wali-wali
(penolong-penolong) setan. Sesungguhnya tipu daya setan itu lemah.” [an-Nisa’:
76]
Thoghut-thoghut itu
banyak, yang paling utama di antara mereka lima:
1. Setan
yang menyeru kepada
1. ibadah kepada selain
Alloh. Dalilnya firman Alloh ta’ala:
أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آَدَمَ أَنْ لَا
تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ، إِنَّهُ لَكُمْ
عَدُوٌّ مُبِينٌ.
“Bukankah Aku telah
memerintahkan kepada kalian wahai anak cucu Adam agar kalian tidak menyembah
setan? Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kalian.” [Yasin:
60]
Setan
adalah thoghut akbar yang terus-menerus berusaha memalingkan manusia dari
ketaatan kepada Alloh. Ada juga di antara manusia yang menyertai setan dalam
menghalangi manusia dari beribadah kepada Alloh, dan mereka itu juga
thoghut-thoghut.
2. Penguasa
zholim yang merubah hukum-hukum Alloh ta’ala. Dalilnya firman Alloh ta’ala:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ
آَمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ
يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ، وَيُرِيدُ
الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا.
“Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang
yang mengaku bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan
kepada apa yang diturunkan sebelum kamu, merekainginberhukum kepada thoghut
padahal mereka telah diperintahkan untuk kufur kepadanya. Dan setan ingin
menyesatkan mereka dengan kesesatan yang jauh.” [an-Nisa’:
60]
3. Orang
yang memutuskan dengan selain apa yang diturunkan oleh Alloh. Dalilnya firman
Alloh ta’ala:
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللهُ فَأُولَئِكَ
هُمُ الْكَافِرُونَ.
“Dan barang siapa
tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan Alloh, maka mereka itulah
orang-orang kafir.” [al-Ma’idah: 44]
Jika
hakim atau qodhi memutuskan di antara dua orang yang bersengketa dengan selain apa
yang diturunkan oleh Alloh, seperti menggunakan
undang-undang buatan manusia, adat-istiadat, serta tradisi-tradisi suku dan
kabilah, maka dia telah murtad dari agama Alloh dan menjadi thoghut.
Orang
yang memutuskan dengan selain apa yang diturunkan oleh Alloh adalah kafir. Dan
orang-orang bersengketa yang berhukum kepadanya juga kafir. Alloh ta’ala
berfirman:
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ
فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا
قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.
“Maka demi Robbmu,
mereka tidak beriman sampai mereka menjadikanmu (Muhammad) sebagai hakim dalam
perkara yang mereka perselisihkan, kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati
mereka atas putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan
sepenuhnya.” [an-Nisa’: 65]
Alloh subhanahu
menafikan keimanan dari mereka karena mereka tidak menegakkan hukum Alloh di
antara mereka dan berhukum kepada thoghut.
4. Orang
yang mengklaim mengetahui perkara ghoib. Dalilnya firman Alloh ta’ala:
قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ
إِلَّا اللهُ، وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ.
“Katakanlah
(Muhammad): Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara
ghoib kecuali Alloh. Dan mereka tidak mengetahui kapan mereka akan
dibangkitkan.” [an-Naml: 65]
Barang
siapa mengklaim bahwa dia mengetahui perkara ghoib, maka dia adalah thoghut
yang mendustakan ayat al-Qur-an al-Karim yang jelas. Dan wajib atas seorang
muslim untuk menghidari pergi ke setiap orang yang mengklaim mengetahui perkara
ghoib, seperti para penyihir, para dukun, dan para peramal dan tidak
mempercayai mereka dalam apa yang mereka klaim. Sebab,
مَنْ أَتَى كَاهِنًا أَوْ عَرَّافًا فَصَدَّقَهُ بِمَا
يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ.
“Barang siapa
mendatangi seorang dukun atau seorang peramal, lalu dia membenarkan apa
dikatakannya, maka dia telah kufur apa yang diturunkan kepada Muhammad.” [Diriwayatkan
oleh Ahmad dan dihasankan oleh Syu’aib al-Arna’uth]
5. Orang
yang disembah selain Alloh dan dia ridho dengan penyembahannya, atau orang yang
menyeru manusia untuk menyembah dirinya. Dalilnya firman Alloh ta’ala,
وَمَنْ يَقُلْ مِنْهُمْ إِنِّي إِلَهٌ مِنْ دُونِهِ فَذَلِكَ نَجْزِيهِ
جَهَنَّمَ، كَذَلِكَ نَجْزِي الظَّالِمِينَ.
“Dan barang siapa di antara mereka berkata:
‘Sesungguhnya aku adalah tuhan selain Alloh,’ maka orang itu Kami beri balasan
Jahanam. Demikianlah Kami memberikan balasan kepada orang-orang yang zholim.” [al-Anbiya’:
29]
Ibadah adalah haq
Alloh ‘azza wa jalla (atas hambanya). Tidak boleh bagi seorang pun untuk
menyeru manusia untuk menyembah dirinya atau untuk menyembah seseorang selain
Alloh ta’ala. Barang siapa melakukan itu, atau dia tidak melalukan itu tetapi
ridho disembah selain Alloh, maka dia adalah thoghut.
Demikianlah. Dan
sesungguhnya manusia tidak menjadi orang yang beriman kepada Alloh kecuali dia
kufur kepada thoghut. Dalilnya firman Alloh ta’ala:
لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ، قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ، فَمَنْ
يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ
الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا، وَاللهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ.
“Tidak
ada paksaan dalam agama.Sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara kebenaran
dan kesesatan. Barang siapa kufur kepada thoghut dan beriman kepada Alloh, maka
sungguh dia telah berpegang pada tali yang kuat yang tidak akan putus. Dan Alloh
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [al-Baqoroh: 256]
Kebenaran (ar-Rusydu)
adalah agama Muhammad shollaAllohu ‘alayhi wa sallam, kesesatan (al-Ghoyy)
adalah agama Abu Jahl, sedangkan tali yang kuat (al-‘urwah al-wutsqo) adalah
syahadat laa ilaaha illaAlloh.
Hamba tidak dianggap
berpegang pada tali yang kuat (tauhid) kecuali jika padanya terdapat dua sifat:
kufur kepada thoghut dan iman kepada Alloh.
Segala puji bagi
Alloh, Robb semesta alam. Sholawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi kita
Muhammad, serta kepada semua keluarga dan sahabatnya. pb
0 komentar:
Posting Komentar