Jumat, 01 April 2016

Sepuluh Perkara dalam Aqidah Yang Tidak Boleh Tidak Diketahui Oleh Seorang Muslim dan Wajib Dipelajari 2

Perkara ketujuh: macam-macam syirik

1.   Syirik akbar, yaitu dosa besar yang Alloh tidak akan mengampuninya dan tidak akan menerima amal sholih bersamanya. Alloh ta’ala berfirman:

إِنَّ اللهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ.
“Sesungguhnya Alloh tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa yang selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki.” [an-Nisa’: 48]

Alloh subhanahu berfirman:
إِنَّهُ ُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ، وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ.
“Sesungguhnya barang siapa mempersekutukan Alloh, maka sungguh Alloh mengharamkan baginya surga dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang yang zholim.” [al-Maidah: 72]

Dan Alloh jalla jalaluhu berfirman:
لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ.
“Sungguh, jika kamu mempersekutukan (Alloh), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah engkau termasuk orang-orang yang rugi.” [az-Zumar: 65]

Syirik akbar ada empat macam, yaitu: (a) syirik doa; (b) syirik niat, keinginan dan tujuan; (c) syirik ketaatan; (d) syirik cinta.

2.   Syirik ashghor, yaitu segala sesuatu yang menjadi jalan menuju syirik akbar dan perantara untuk jatuh ke dalamnya, seperti riya’, bersumpah dengan selain Alloh, mengucapkan “ma sya’allohu wa syi’ta(sesuai yang Alloh kehendaki dan yang kamu kehendaki)”, mengucapkan “aku bersandar kepada Alloh dan kepadamu”, dan hal-hal lainnya yang sedikit sekali orang yang selamat darinya. Kafarat (penghapus)-nya adalah mengucapkan:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ شَيْئًا أَعْلَمُهُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ مِمَّا لَا أَعْلَمُ.
“Ya Alloh!Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu agar tidak mempersekutukan dengan-Mu sesuatu yang aku ketahui. Dan aku memohon ampunan kepada-Mu dari apa yang tidak aku ketahui.” [Diriwayatkan oleh Ahmad dan lainnya, dan dishohihkan oleh al-Haytsamiy dan Ibnu Hibban]

Perkara kedelapan: macam-macam kufur

1.   Kufur akbar yang mengeluarkan dari agama,dan ini ada lima macam, yaitu: (a) kufur pendustaan; (b) kufur penolakan dan kesombongan diri; (c) kufur keraguan; (d) kufur keberpalingan; (e) kufur nifaq.

2.   Kufur ashghor yang tidak mengeluarkan dari agama, dan ini adalah kufur ni’mat. Dalilnya firman Alloh ta’ala:
وَضَرَبَ اللهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آَمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ، فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللهِ، فَأَذَاقَهَا اللهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ.
“Dan Alloh telah membuat suatu perumpamaan sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, lalu (penduduk)nya mengingkari ni’mat-ni’mat Alloh, maka Alloh menimpakan kepada mereka bencana kelaparan dan ketakutan disebabkan apa yang mereka perbuat.” [an-Nahl: 112]

baca juga : Sepuluh Perkara dalam Aqidah Yang Tidak Boleh Tidak Diketahui Oleh Seorang Muslim dan Wajib Dipelajari 1

Perkara kesembilan: macam-macam nifaq

1.   Nifaq akbar (i’tiqodiy), yaitu menyembunyikan kufr dalam hati dan memperlihatkan iman pada lisan dan anggota tubuh. Jenis-jenisnya ada enam, yang pelakunya termasuk penghuni tingkatan paling bawah dari neraka, yaitu: (a) mendustakan Rosul; (b) mendustakan sebagian dari apa yang dibawa oleh Rosul; (c) membenci Rosul; (d) membenci sebagian dari apa yang dibawa oleh Rosul; (e) bergembira atas kejatuhan agama Rosul; (f) membenci kemenangan agama Rosul ‘alayhis sholatu wassalam.

2.   Nifaq ashghor (‘amaliy). Ini terjadi dengan mengerjakan sesuatu dari perbuatan-perbuatan orang-orang munafiq dan bersifat dengan satu sifat dari sifat-sifat mereka, disertai dengan tetap adanya pokok iman. Ia adalah lima macam yang disebutkan oleh Rosululloh shollaAllohu ‘alayhi wa sallam dalam sabda-Nya:

آيَةُ المُنَافِقِ ثَلَاثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا ائْتُمِنَ خَانَ.
“Tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara berbohong, jika berjanji mengingkari dan jika dipercaya berkhianat.”

Dan dalam riwayat lain:
إِذَا خَاصَمَ فَجَرَ وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ.
“Jika bertengkar menyimpang dari kebenaran dan jika membuat perjanjian mengkhianati.” [Muttafaq ‘alaih]



Perkara kesepuluh: ma’na thoghut dan jenis-jenisnya yang paling utama

Yang pertama kali diwajibkan oleh Alloh kepada anak Adam adalah kufur kepada thoghut dan beriman kepada Alloh. Dalilnya firman Alloh ta’ala:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ.
“Dan sungguh, Kami telah mengutus dalam setiap umat seorang rosul (untuk menyerukan): Sembahlah Alloh dan jauhilah thoghut.” [an-Nahl: 36]

Bentuk kufur kepada thoghut adalah meyakini kebatilan beribadah kepada selain Alloh, meninggalkannya, membencinya, serta mengkafirkan pelakunya dan memusuhi mereka. Adapun bentuk iman kepada Alloh adalah meyakini bahwa Alloh adalah satu-satunya ilah yang disembah tanpa selain-Nya, memurnikan semua jenis ‘ibadah untuk Alloh dan menafikannya dari semua sesembahan selain Alloh, serta mencintai di jalan Alloh dan membenci di jalan Alloh.

Thoghut adalah segala sesuatu yang menyebabkan hamba melampaui batas, berupa suatu yang disembah, yang diikuti, atau yang ditaati.

Contoh yang disembah adalah setan-setan jin yang menyuruh para penyihir manusia untuk menyembah mereka, lalu mereka pun menyembah para jin tersebut. Contoh yang ditaati adalah para pemimpin yang memerintahkan rakyat mereka untuk menyalahi syariat dan berhukum kepada undang-undang buatan manusia, serta memerangi penegakan hukum syariat dan orang yang menyeru kepada penerapannya, lalu rakyat mengikuti mereka. Adapun yang ditaati contohnya para ulama, para rahib, dan para syekh jahat yang menghalalkan apa yang diharamkan oleh Alloh dan mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Alloh, lalu mereka ditaati dalam hal itu.

Sementara muslim muwahhid mengingkari setiap yang disembah, diikuti dan ditaati selain Alloh, berlepas diri dari mereka dan dari para pengikut mereka, serta memusuhi dan membenci mereka. Inilah millah Ibrohim‘alayhissalam yang barang siapa membencinya maka dia telah membodohi dirinya sendiri. Dan ia adalah teladan baik yang Alloh ta’ala menganjurkan kita untuk mengikutinya dalam firman-Nya:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآَءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللهِ، كَفَرْنَا بِكُمْ، وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللهِ وَحْدَهُ.
“Sungguh, telah ada suri teladan yang baik bagi kalian pada Ibrohim dan orang-orang yang bersamanya, ketika mereka berkata kepada kaum mereka: ‘Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari apa yang kalian sembah selain Alloh.Kami kufur kepada kalian.Dan telah nyata permusuhan dan kebencian antara kami dan kalian selamanya, sampai kalian beriman kepada Alloh saja.’” [al-Mumtahanah: 4]

Dan di antara millah Ibrohim adalah memerangi para thoghut, para wali (penolong) mereka, dan para pengikut mereka demi meninggikan kalimat Alloh. Alloh ta’ala berfirman,

الَّذِينَ آَمَنُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللهِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ، فَقَاتِلُوا أَوْلِيَاءَ الشَّيْطَانِ، إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا.
“Orang-orang yang beriman berperang di jalan Alloh, dan orang-orang kafir berperang di jalan thoghut. Maka perangilah wali-wali (penolong-penolong) setan. Sesungguhnya tipu daya setan itu lemah.” [an-Nisa’: 76]

Thoghut-thoghut itu banyak, yang paling utama di antara mereka lima:

1.      Setan yang menyeru kepadaa mereka lima:
1.       Alloh. engikutinya dalam firman, dan ditaati selain Alloh serta berlepas diri dari meribadah kepada selain Alloh. Dalilnya firman Alloh ta’ala:

أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آَدَمَ أَنْ لَا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ، إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ.
“Bukankah Aku telah memerintahkan kepada kalian wahai anak cucu Adam agar kalian tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kalian.” [Yasin: 60]

Setan adalah thoghut akbar yang terus-menerus berusaha memalingkan manusia dari ketaatan kepada Alloh. Ada juga di antara manusia yang menyertai setan dalam menghalangi manusia dari beribadah kepada Alloh, dan mereka itu juga thoghut-thoghut.

2.      Penguasa zholim yang merubah hukum-hukum Alloh ta’ala. Dalilnya firman Alloh ta’ala:

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آَمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ، وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا.
“Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu, merekainginberhukum kepada thoghut padahal mereka telah diperintahkan untuk kufur kepadanya. Dan setan ingin menyesatkan mereka dengan kesesatan yang jauh.” [an-Nisa’: 60]

3.      Orang yang memutuskan dengan selain apa yang diturunkan oleh Alloh. Dalilnya firman Alloh ta’ala:
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ.
“Dan barang siapa tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan Alloh, maka mereka itulah orang-orang kafir.” [al-Ma’idah: 44]

Jika hakim atau qodhi memutuskan di antara dua orang yang bersengketa dengan selain apa yang diturunkan oleh Alloh, seperti menggunakan undang-undang buatan manusia, adat-istiadat, serta tradisi-tradisi suku dan kabilah, maka dia telah murtad dari agama Alloh dan menjadi thoghut.

Orang yang memutuskan dengan selain apa yang diturunkan oleh Alloh adalah kafir. Dan orang-orang bersengketa yang berhukum kepadanya juga kafir. Alloh ta’ala berfirman:

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.
“Maka demi Robbmu, mereka tidak beriman sampai mereka menjadikanmu (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka atas putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” [an-Nisa’: 65]

Alloh subhanahu menafikan keimanan dari mereka karena mereka tidak menegakkan hukum Alloh di antara mereka dan berhukum kepada thoghut.

4.      Orang yang mengklaim mengetahui perkara ghoib. Dalilnya firman Alloh ta’ala:

قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللهُ، وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ.
“Katakanlah (Muhammad): Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara ghoib kecuali Alloh. Dan mereka tidak mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan.” [an-Naml: 65]

Barang siapa mengklaim bahwa dia mengetahui perkara ghoib, maka dia adalah thoghut yang mendustakan ayat al-Qur-an al-Karim yang jelas. Dan wajib atas seorang muslim untuk menghidari pergi ke setiap orang yang mengklaim mengetahui perkara ghoib, seperti para penyihir, para dukun, dan para peramal dan tidak mempercayai mereka dalam apa yang mereka klaim. Sebab,

مَنْ أَتَى كَاهِنًا أَوْ عَرَّافًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ.
“Barang siapa mendatangi seorang dukun atau seorang peramal, lalu dia membenarkan apa dikatakannya, maka dia telah kufur apa yang diturunkan kepada Muhammad.” [Diriwayatkan oleh Ahmad dan dihasankan oleh Syu’aib al-Arna’uth]

 maka oh ta'afir. diturunkan oleh Alloh,
5.      Orang yang disembah selain Alloh dan dia ridho dengan penyembahannya, atau orang yang menyeru manusia untuk menyembah dirinya. Dalilnya firman Alloh ta’ala,

وَمَنْ يَقُلْ مِنْهُمْ إِنِّي إِلَهٌ مِنْ دُونِهِ فَذَلِكَ نَجْزِيهِ جَهَنَّمَ، كَذَلِكَ نَجْزِي الظَّالِمِينَ.
“Dan barang siapa di antara mereka berkata: ‘Sesungguhnya aku adalah tuhan selain Alloh,’ maka orang itu Kami beri balasan Jahanam. Demikianlah Kami memberikan balasan kepada orang-orang yang zholim.” [al-Anbiya’: 29]

Ibadah adalah haq Alloh ‘azza wa jalla (atas hambanya). Tidak boleh bagi seorang pun untuk menyeru manusia untuk menyembah dirinya atau untuk menyembah seseorang selain Alloh ta’ala. Barang siapa melakukan itu, atau dia tidak melalukan itu tetapi ridho disembah selain Alloh, maka dia adalah thoghut.
                                                                                                              
Demikianlah. Dan sesungguhnya manusia tidak menjadi orang yang beriman kepada Alloh kecuali dia kufur kepada thoghut. Dalilnya firman Alloh ta’ala:

لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ، قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ، فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا، وَاللهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ.
“Tidak ada paksaan dalam agama.Sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara kebenaran dan kesesatan. Barang siapa kufur kepada thoghut dan beriman kepada Alloh, maka sungguh dia telah berpegang pada tali yang kuat yang tidak akan putus. Dan Alloh Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [al-Baqoroh: 256]

Kebenaran (ar-Rusydu) adalah agama Muhammad shollaAllohu ‘alayhi wa sallam, kesesatan (al-Ghoyy) adalah agama Abu Jahl, sedangkan tali yang kuat (al-‘urwah al-wutsqo) adalah syahadat laa ilaaha illaAlloh.

Hamba tidak dianggap berpegang pada tali yang kuat (tauhid) kecuali jika padanya terdapat dua sifat: kufur kepada thoghut dan iman kepada Alloh.

Segala puji bagi Alloh, Robb semesta alam. Sholawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi kita Muhammad, serta kepada semua keluarga dan sahabatnya. pb





0 komentar:

Posting Komentar